Rabu, 14 Januari 2009

Pembuatan Rorak dan Optimalisasi Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Faktor-faktor yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan dan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah :1) lingkungan, 2) bahan tanaman, dan 3) tindakan kultur teknis.

Pengaruh faktor yang sulit dilawan namun dapat dieliminasi menjadi faktor pendukung adalah faktor lingkungan khususnya iklim..

Tabel 1. Faktor Pembatas kondisi iklim berdasarkan Kelas Lahan untuk Perkebunan Kelapa sawit.

Faktor Pembatas Iklim

Kelas I

Kelas II

Kelas III

Kelas IV

Curah hujan/tahun (mm)

2000-2500

1800-2000

1500-1800

1500

Defisit air/tahun (mm)

0-150

150-250

240-400

400

Hari terpanjang tidak hujan

10

10

10

10

Lama Penyinaran matahari (jam)

6

6

6

6

Kelembaban

80

80

80

80

Tabel 2 menunjukkan bulan kemarau cukup panjang dengan pola penyebaran yang bervariasi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap target produksi dan sebaran produksi yang telah diperkirakan pada pembuatan Budget. Realisasi bisa menjadi tidak sesuai pencapaiannya. Tentunya pula kebijakan yang sudah ditetapkan berdasarkan budget tersebut harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Dan kita cukup prihatin terhadap hasil sensus produksi semester I tahun 2005 yang menunjukkan angka yang kurang menggembirakan.

Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk optimalisasi produktivitas tanaman kelapa sawit antara lain:

1. Pembuatan Rorak.

Fungsi rorak adalah sebagai penyimpan air yang berasal dari air hujan. Air yang tertampung di rorak tersebut (H2O), banyaknya helai daun pelepah (zat Chlorofil), serta lamanya penyinaran matahari merupakan syarat mutlak bagi proses fotosintesis. Saat hujan turun di siang hari ataupun setelah hujan berhenti biasanya langit masih diselimuti awan yang cukup tebal, hal ini jelas dapat mengurangi lama penyinaran dan intensitas cahaya matahari yang masuk (H2O cukup, lama penyinaran kurang, fotosintesis tidak optimal). Beberapa hari mungkin hujan tidak lagi turun, panasnya sinar matahari akan mengurangi kelembaban tanah (Evaporasi) hingga pada saatnya kelembaban tanah mencapai titik kritis air (penyinaran cukup, H2O kurang, fotosintesis tidak optimal). Defisit air yang berkepanjangan dapat mempengaruhi sex differentation pada tanaman yang dapat menghambat proses pembentukan buah, dan efek ini dapat dirasakan sampai 23 bulan kedepan. Gambar 1 menunjukkan efek dari defisit air terhadap sex differentation tanaman kelapa sawit. Tabel 3 menunjukkan rata-rata volume air berkurang 26 liter per hari akibat evaporasi dan konsumsi oleh tanaman. Tabel 4 menunjukkan pengaruh rorak yang sangat nyata terhadap peningkatan BJR, efek positif dari pembuatan rorak baru terlihat setelah lebih dari 1 tahun. Gambar 2 adalah posisi rorak yang dibuat di antara pokok .

Tabel 3 . Rata –Rata Pengurangan Volume Air Akibat Evaporasi dan Asimilasi oleh

Tanaman

Pengamatan Hari Ke

Volume air berkurang

Kondisi Cuaca

sehari sebelumnya

Pertama

35 Liter

cerah

Kedua

16,5 Liter

Mendung

Ketiga

27 Liter

Sedikit mendung

Rata-rata per hari

26 Liter

Catatan : Pengamatan dilakukan jam 06.30 Wita terhadap 10 buah rorak yang telah terisi

penuh oleh air hujan yang turun lebat sehari sebelumnya.

Menutup hanya sebagian pada parit alam atau buatan harus diperhitungkan agar tidak terjadi banjir yang menyebabkan areal tanaman sawit tergenang pada musim hujan dan air tidak habis terbawa ke hilir pada musim kemarau.

3. Pembuatan tapak kuda, teras bersambung , benteng teras, serta sistim draenase (parit buatan).

Pembuatan sarana pencegah run off yang memang membutuhkan biaya tinggi sering terabaikan, padahal akibat yang ditimbulkan membuat kerugian yang tidak sedikit. Hanya sebagian kecil pupuk yang di aplikasi dapat dimanfaatkan tanaman, selebihnya pupuk akan hilang percuma larut dan terbawa air. Pembuatan parit dan pintu air pada areal rawa bertujuan untuk menjaga ketinggian air dari permukaan tanah setinggi 75 cm selama musim kering, dan kelebihan air dapat dikeluarkan selama musim hujan.

4. Meningkatkan Pengawasan dan Supervisi Tunas progressif .

Meningkatkan pengawasan kualitas tunasan dengan pemeriksaan mutu tunasan bersamaan dengan pemeriksaan mutu hancak panen yang dilakukan setiap hari secara bersama-sama oleh asisten, mandor I, mandor panen dan seminggu sekali bersama manager dan semua staff untuk masing-masing afdeling. Pola yang dilakukan adalah setiap pemeriksa mengambil 1 pasar rintis secara berurutan, minimal 4 pasar rintis/pemeriksa (240 pokok/pemeriksa).

Contoh. Setiap hari Jum’at minggu pertama pemeriksaan dilakukan di Afdeling 1

Urutan pembagian hancak pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Pemeriksa

Blok F 31

Blok F 32

No baris

No baris

No baris

No baris

Asisten Afdeling I

11 dan 12

65 dan 66

27 dan 28

71 dan 72

Asisten Afdeling III

13 dan 14

67 dan 68

29 dan 30

73 dan 74

Manager

15 dan 16

69 dan 70

31 dan 32

75 dan 76

Mandor I Afdeling I

17 dan 18

71 dan 72

33 dan 34

77 dan 78

Asisten Afdeling IV

19 dan 20

73 dan 74

35 dan 36

79 dan 80

Mandor Panen A

21 dan 22

75 dan 76

37 dan 38

81 dan 82

Asisten Afdeling II

23 dan 24

77 dan 78

39 dan 40

83 dan 84

Mandor Panen B

25 dan 26

79 dan 80

41 dan 42

85 dan 86

Dengan pola tersebut akan memperkecil peluang tenaga melakukan kesalahan karena cukup banyak pokok dan baris yang diperiksa, serta dengan no baris yang berdekatan bila dijumpai hal-hal yang perlu didiskusikan akan mudah untuk memanggil dan mengumpulkan semua pemeriksa. Penerapan sanksi denda mutlak diberlakukan bagi tenaga yang melanggar aturan,

Contoh:

  • Penyusunan pelepah harus menyebar, tidak boleh menumpuk tinggi
  • Tahun tanam 98 dan 97 harus songgo 3
  • Tahun tanam 96 harus songgo 2
  • Tahun tanam 95 harus songgo 1

Bila penyusunan pelepah tidak beraturan dan ada pokok yang tidak ditunas atau over prunning maka denda per pokok adalah Rp 1500.-

5. Pemeliharaan gawangan yang selektif, , penanaman pakis jenis neprolepis, penanaman Casia, serta aplikasi janjangan kosong/effluent.

Tidak semua tanaman yang tumbuh diareal kebun sawit adalah gulma yang boleh diberantas habis. Clean weeding dapat mengundang serangan hama khususnya ulat api dan mengurangi kelembaban tanah. Beberapa jenis seperti Neprolepsis, Casia cubanensis, dan Turnera subulata layak dipertahankan. Jenis pakis Neprolepis berguna untuk mempertahankan kelembaban tanah, Casia dan Turnera adalah sebagai inang dari Cantheconidea (predator hama ulat api). Aplikasi Janjangan kosong atau effluen selain menambah unsur hara juga berfungsi untuk menjaga kelembaban tanah.

6. Pelaksanaan Block Manuring System (BMS) yang terencana dan teraplikasi dengan benar.

Penentuan dosis pupuk adalah berdasarkan analisa daun yang dilakukan oleh riset. Pengambilan sample daun ke 17 oleh tenaga afdeling tentunya menuntut kejujuran dan ketelitian yang tinggi. Peran asisten kebun serta supervisi menjadi sangat penting dalam memilih tenaga yang mampu melakukan pekerjaan tersebut.

Pengadaan kedatangan pupuk di kebun dengan memperhatikan musim penghujan dan kemarau sangatlah penting artinya. Pengadaan pupuk yang ter akumulasi pada 1 atau 2 bulan tertentu (sering terjadi kedatangan pupuk pada 2 bulan terakhir) tentunya sangat menyulitkan kebun untuk dapat melakukan aplikasi pupuk dengan benar. Koordinasi dan kerja sama yang baik antara purchasing department dengan pihak kebun akan dapat menghilangkan kerugian yang ditimbulkan akibat aplikasi yang tidak tepat waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar